Ceritaku  

Posted by: Suryaningsih


Minggu pagi, saya dan Galang sedang berbalas messenger, kami terpisahkan jarak 20 menit waktu tempuh. Kami telah melewati 2 tahun masa pra nikah, ia kami awet, awet dengan keributan, awet dengan kekecewaan, namun itu kami lewati dengan berpegang teguh bahwa semua hal yang salah bisa dibicarakan, di sini hanya kita berdua, otakmu dan otakku, hatimu dan hatiku, rasamu dan rasaku.
Dialog standar menemani kami berdua, saling mengucap syukur atas minggu pagi yang cerah dan asri ini. Sudah 10 menit berlalu message terakhirku pun tak terbalas, kuletakkan handphone pintar itu diatas meja, yang sedari tadi kugenggam. Kuraih segelas teh hangat untuk menghangatkan tubuh dari sejuknya udara pagi. Pandanganku tidak bergeser, saya sedang memikirkan hal tentang diriku sendiri, tentang kodratku sebagai seorang wanita. Telah 20 tahunku hidup, namun selama itu pula aku masih bermain-main dengan rambut yang ku perlihatkan pada semua orang. Bergegas ku tinggalkan handphone dan teh itu di teras belakang. Ku ketok pintu kamar kakak perempuanku, tidak ada jawaban, ternyata ia tidak ada di kamar. Selembar jilbab kutarik dari lemari, kemudian kupasang di kepala mengikuti gerak gerik kakakku ketika memasang jilbab.

Tertawa ini tak bisa kutahan, kulihat diriku di cermin, jilbab merah muda dan kaos oblong berlengan pendek. Ku kanan kirikan ujung jilbab itu, ini tidaklah buruk, "akan hanya sedikit orang yang menertawaiku ketika melihatku seperti ini" gumamku dalam hati.
Saya kembali ke teras, dan melihat LED handphone ku berkelap kelip.Ternyata itu balasan message dari dia, "Ra sayang, kalo kamu bentar nggak sibuk, jam 1 kita ke dapur nusantara yuk, udah lama kita nggak makan bareng", segera ku oke-kan dan segaris senyum manis terpancar dari bibirku.
Jam tangan analogku menunjukkan pukul 1, saya duduk di teras bawah sambil merapikan sesuatu yang melekat di kepalaku, ia siang itu saya tampak berbeda. Saya memutuskan hari itu sebagai awal menutup kepala dengan jilbab. Saya ingin tahu respon orang terdekat, dan juga dia. Sengaja tak ku beri tahu sebelumnya, saya menunggu kedatangannya, menunggu ekspresi lucunya ketika melihat saya dengan sesuatu baru. Mesin motornya dimatikan ketika tiba depan rumahku, dan ya dia tersenyum melihatku. Tanpa pertanyaan, kamipun melesat ke dapur nusantara. Tak ada pertanyaan darinya. Geram sayapun bertanya "apa kau tidak heran melihatku begini ? Tak ada kah pujian untukku ?" cetusku. Dia membalas "semua wanita muslimah memang harus begitu, ketika dia sudah merasa dewasa di depan Allah" datarnya. Tak sedikitpun percakapan kami mengarah ke perubahanku. Terserah, bagiku.

Sebelum mengantarku pulang kembali dia bilang ingin ke suatu tempat, kami mengarah ke rumahnya, saya berpikir dia hanya ingin memperlihatkan kolam ikan mini yang dia buat bersama temannya di basecamp mereka. Tapi ternyata dia menghentikan laju motornya tepat di depan rumahnya. Terang saya kaget, seketika jantung saya berdebar "apa maksudnya ini ?"teriak hati kecilku. Dia sendiri membuka pagar, dan memarkir motornya di halaman rumah.
"Ra, ayo masuk, mama ada di dalam." ajaknya.
"apa.... Mama ?" pelanku.
Ingn rasanya menapak ke belakang, memundurkan kaki, tapi sebuah senyum manis menyambut kami di ruang tamu. "Mama, ini rara" kulihat raut wajah santainya, kontras dengan wajahku yang hitam gelap mendung.
Dengan pelan dan gugup, saya meraih tangan mama Galang, dan berusaha menarik garis melengkung ke bawah diwajahku. Sejam kami bertiga ngobrol, bahasan kami tidak ada benang merahnya, kami ngobrol lepas. Dia pamit pada mamanya, untuk mengantarku pulang. Sesampai pulangku, tidak ada kalimat kulontarkan untuk dia, pikiranku kacau dan malu setelah bertemu mamanya. Saya marah dengan dia, saya seakan terjebak. "teganya !" gerutuku.
Hingga malam, isi messsage-nya hanya standar, dia tak menanyakan apa yang aku rasakan setelah bertemu mamanya.
Tanpa basa basi, kukirimkan dia pesan teks..
Tadi siang itu kamu khilaf atau sedang tidak waras ? Kau buat saya malu sejadi-jadinya, tanpa intruksi lebih dulu, kau pertemukan saya dengan mamamu ! Kau kira itu  surprise ? Sama sekali tidak !
10 menit berselang...
Maaf ra,  kalo tadi siang buatmu geram,  ini bukan tiba-tiba , ini sudah kerencanakan dari 2 tahun lalu, rencana membawamu kerumah bertemu mama, ketika kau sudah mendekati sempurna di mataku

Egoku melemah, ini artinya Galang menungguku menutup aurat selama 2 tahun ?

This entry was posted on Selasa, Januari 22, 2013 . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 komentar

Posting Komentar