Ceritaku
Posted
Minggu pagi, saya dan
Galang sedang berbalas messenger, kami terpisahkan jarak 20 menit waktu tempuh.
Kami telah melewati 2 tahun masa pra nikah, ia kami awet, awet dengan
keributan, awet dengan kekecewaan, namun itu kami lewati dengan berpegang teguh
bahwa semua hal yang salah bisa dibicarakan, di sini hanya kita berdua, otakmu
dan otakku, hatimu dan hatiku, rasamu dan rasaku.
Dialog standar menemani
kami berdua, saling mengucap syukur atas minggu pagi yang cerah dan asri ini.
Sudah 10 menit berlalu message terakhirku pun tak terbalas, kuletakkan
handphone pintar itu diatas meja, yang sedari tadi kugenggam. Kuraih segelas
teh hangat untuk menghangatkan tubuh dari sejuknya udara pagi. Pandanganku
tidak bergeser, saya sedang memikirkan hal tentang diriku sendiri, tentang
kodratku sebagai seorang wanita. Telah 20 tahunku hidup, namun selama itu pula
aku masih bermain-main dengan rambut yang ku perlihatkan pada semua orang.
Bergegas ku tinggalkan handphone dan teh itu di teras belakang. Ku ketok pintu
kamar kakak perempuanku, tidak ada jawaban, ternyata ia tidak ada di kamar.
Selembar jilbab kutarik dari lemari, kemudian kupasang di kepala mengikuti
gerak gerik kakakku ketika memasang jilbab.
Tertawa ini tak bisa
kutahan, kulihat diriku di cermin, jilbab merah muda dan kaos oblong berlengan
pendek. Ku kanan kirikan ujung jilbab itu, ini tidaklah buruk, "akan hanya
sedikit orang yang menertawaiku ketika melihatku seperti ini" gumamku
dalam hati.
Saya kembali ke teras,
dan melihat LED handphone ku berkelap kelip.Ternyata itu balasan message dari
dia, "Ra sayang, kalo kamu bentar nggak sibuk, jam 1 kita ke dapur
nusantara yuk, udah lama kita nggak makan bareng", segera ku oke-kan dan segaris senyum manis
terpancar dari bibirku.
Jam tangan analogku
menunjukkan pukul 1, saya duduk di teras bawah sambil merapikan sesuatu yang
melekat di kepalaku, ia siang itu saya tampak berbeda. Saya memutuskan hari itu
sebagai awal menutup kepala dengan jilbab. Saya ingin tahu respon orang
terdekat, dan juga dia. Sengaja tak ku beri tahu sebelumnya, saya menunggu
kedatangannya, menunggu ekspresi lucunya ketika melihat saya dengan sesuatu
baru. Mesin motornya dimatikan ketika tiba depan rumahku, dan ya dia tersenyum
melihatku. Tanpa pertanyaan, kamipun melesat ke dapur nusantara. Tak ada
pertanyaan darinya. Geram sayapun bertanya "apa kau tidak heran melihatku
begini ? Tak ada kah pujian untukku ?" cetusku. Dia membalas "semua
wanita muslimah memang harus begitu, ketika dia sudah merasa dewasa di depan
Allah" datarnya. Tak sedikitpun percakapan kami mengarah ke perubahanku.
Terserah, bagiku.
Sebelum mengantarku
pulang kembali dia bilang ingin ke suatu tempat, kami mengarah ke rumahnya,
saya berpikir dia hanya ingin memperlihatkan kolam ikan mini yang dia buat
bersama temannya di basecamp mereka. Tapi ternyata dia menghentikan laju
motornya tepat di depan rumahnya. Terang saya kaget, seketika jantung saya
berdebar "apa maksudnya ini ?"teriak hati kecilku. Dia sendiri
membuka pagar, dan memarkir motornya di halaman rumah.
"Ra, ayo masuk,
mama ada di dalam." ajaknya.
"apa.... Mama
?" pelanku.
Ingn rasanya menapak ke
belakang, memundurkan kaki, tapi sebuah senyum manis menyambut kami di ruang
tamu. "Mama, ini rara" kulihat raut wajah santainya, kontras dengan
wajahku yang hitam gelap mendung.
Dengan pelan dan gugup,
saya meraih tangan mama Galang, dan berusaha menarik garis melengkung ke bawah
diwajahku. Sejam kami bertiga ngobrol, bahasan kami tidak ada benang merahnya,
kami ngobrol lepas. Dia pamit pada mamanya, untuk mengantarku pulang. Sesampai
pulangku, tidak ada kalimat kulontarkan untuk dia, pikiranku kacau dan malu
setelah bertemu mamanya. Saya marah dengan dia, saya seakan terjebak.
"teganya !" gerutuku.
Hingga malam, isi
messsage-nya hanya standar, dia tak menanyakan apa yang aku rasakan setelah bertemu
mamanya.
Tanpa basa basi,
kukirimkan dia pesan teks..
Tadi
siang itu kamu khilaf atau sedang tidak waras ? Kau buat saya malu
sejadi-jadinya, tanpa intruksi lebih dulu, kau pertemukan saya dengan mamamu !
Kau kira itu surprise ? Sama sekali
tidak !
10 menit berselang...
Maaf
ra, kalo tadi siang buatmu geram, ini bukan tiba-tiba , ini sudah kerencanakan
dari 2 tahun lalu, rencana membawamu
kerumah bertemu mama, ketika kau sudah mendekati sempurna di mataku
Egoku melemah, ini
artinya Galang menungguku menutup aurat selama 2 tahun ?